Kritik dan Esai Sastra - Puisi Bersatulah Pelacur Kota Jakarta

Kemerosotan Moral
(Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta karya W.S. Rendra)

Salah satu karya sastra yang menunjukkan kritik sosial adalah Sajak-sajak Dua Belas Perak Karya W.S. Rendra. Sastrawan ini sangat piawai dalam membacakan sajak serta melakonkan seseorang tokoh dalam dramanya sehingga membuatnya menjadi seorang bintang panggung yang kemudian dijuluki sebagai “Burung Merak”. Rendra juga sering menulis karya sastra yang menyuarakan kehidupan kelas bawah dan berbau protes seperti puisinya yang berjudul Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta dan puisi Pesan Pencopet Kepada Pacarnya.
Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta menggambarkan tentang Kemunafikan para Pemimpin Negeri ini, dimana secara birokrasi mereka melarang suatu kegiatan/aktivitas rakyatnya tetapi dalam realita kehidupan mereka (para pejabat) justru yang paling rakus dan mendapatkan yang paling banyak dalam hal-hal yang merugikan rakyat (korupsi, judi, pelacuran. dll). Seperti dalam bait 6:

Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna

Puisi ini juga menunjukkan adanya kemerosotan moral. Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini dipenuhinya tanpa menghiraukan ketentuan hukum, agama dan moral masyarakat. Di sini pengarang memprotes perbuatan bejad para pejabat, yang merendahkan derajat wanita dengan mengatakan sebagai inspirasi revolusi, tetapi dijadikan tidak lebih dari pelacur. Perhatiakan kutipan dari sajak berikut:

Sarinah
Katakan kepada mereka
bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
tentang perjuangan nusa bangsa
dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
ia sebut kau inspirasi revolusi
sambil ia buka kutangmu

Kritik pada puisi ini mempotret penderitaan manusia. Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita akibat nafsu ingin berkuasa, serakah, tidak hati-hati dan sebagainya. Dimana-mana terjadi perang, kelaparan, kecelakaan nuklir, gas beracun, yang menimbulkan banyak korban manusia tak berdosa. Keadaan yang demikian ini tidak mempunyai daya tarik dan tidak menyenangkan, karena nilai kemanusiaan telah diabaikan. Puisi ini benar-benar mampu membuka mata kita terhadap aspek lain akan pelacuran. Selain itu sepertinya puisi ini juga bermaksud untuk mendukung para pelaku prostitusi untuk menata hidup mereka, dengan tentunya dibantu oleh pemerintah. Pemerintah jangan hanya bisa razia tanpa memberi solusi bagi demoralisasi sosial karena merupakan tanggung jawab bersama.




Lampiran

Sajak W.S. Rendra
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta

Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
Telah diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu

Sesalkan mana yang mesti kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kaurelakan dirimu dibikin korban

Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kaurela dibikin korban

Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu

Dan kau Dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya


Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan
Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya
Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan

Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darjat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan


Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengahwini para bekas pelacur
Adalah omong kosong

Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina

Dengan isteri saudaranya.

0 comments:

Post a Comment

gunakan kata-kata yang baik, dan dilarang SPAM. terima kasih.. ^^